Keistimewaan Kampung Morten di Melaka

by - Oktober 03, 2017

Keistimewaan Kampung Morten di Melaka

Salah satu destinasi yang kami kunjungi saat di Melaka adalah Kampung Morten. Sebuah perkampungan tradisional yang terletak di tepi Sungai Melaka. Sebenarnya letak salah satu ujung kampung ini dekat dengan hotel tempat kami menginap, hanya saja agar perjalanan bisa sampai ujung yang paling jauh, kami memilih naik taksi.
So, setelah puas belanja di mall, kami menyewa lima kalau tidak enam taksi untuk nemenin perjalanan ke Kampung Morten. Maklum rombongannya banyak hehhe. Ditemani rintik hujan kami menuju Kampung yang mendapat julukan Warisan Dunia oleh UNESCO pada 7 Julai 2008. Ehm.. terasa syahdu, bersama teman seperjuangan beasiswa menjelajahi Melaka dalam rinai hujan.
Keistimewaan Kampung Morten di Melaka
fotbar di depan mall
Sesampai depan Kampung Morten, tak lupa kami foto-foto dulu. Ya, sayang sekali kalau sampai moment ini tidak diabadikan. Setelah puas mengambil gambar, kami berkeliling ke kampung yang terdiri dari rumah kayu tradisional Melaka. Kampung ini satu-satunya kampung Melayu yang masih bertahan tengah Melaka. Woow.. masih terjaga kultur melayunya.
Keistimewaan Kampung Morten di Melaka

Keistimewaan Kampung Morten di Melaka

Perjalanan dimulai, kalau diamati kampung ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan tinggi. Tetap hijau walaupun dihimpit pembangunan. Jika kita melalui jalan kampung, rata-rata halaman rumah kampung bersih dan dihias bunga. Tidak terlihat tumpukan sampah. Rumah tradisional bercat indah dan banyak pula dijadikan homestay dan kampung stay.

Oke sekarang kita bicara sejarahnya, Kampung Morten ialah sebuah perkampungan tradisional Melayu di tengah bandar Melaka. Asalnya penduduk awal di sini berasal dari Kampung Jawa yang diambil tanahnya untuk pembangunan. Sewaktu penduduk asal mau dipindahkan dari Kampung Jawa, seorang yang dihormati, Dato' Othman Mohd Noh dan rakannya mencari kawasan baru. Tanah di tepi sungai ini berpaya tetapi menjadi laluan kapal dagang menjalankan barter trade.  
Dato' Othman menjadi sole guarantor untuk mendapatkan pinjaman 10,000 Dolar Selat dari Tabung Pinjaman Khas. Kepercayaan ini menunjukkan Dato' Othman orang yang sangat dihormati dan dipercayai oleh pemerintah (Malaysia di bawah kekuasaan Inggris). Sebagai memperingati jasanya nama Dato' Othman diabadikan sebagai nama jalan di kampung tersebut. 
Ndak salah kalau kota ini juga dapat penghargaan dari New York Time.
Oiya, ketika jalan-jalan di sini, kami melewati sebuah jembatan. Kalau diamati, jembatan ini menyambungkan dua nuansa yang berbeda. Apa itu? Lama dan baru.

Di salah satu sisi jembatan terdapat deretan rumah tradisional Melayu, sedang di sisi satunya adalah bangunan modern. Ini menggambarkan kalau Melaka terbuka menerima tamu, terbuka akan hal-hal baru dan terus menjaga kultur asli budaya mereka.
Tak hanya itu, mata kita juga akan dimanjakan warna-warni bunga yang tertata dengan manis. Tak ayal lagi, tiap spotnya menjadi hal yang menarik untuk dicekrek… cekrek.. Ide yang keren, menyulap sebuah kampung melayu dengan warna-warni bunga.




Jalan.. jalan.. dan jalan lagi.. *namanya juga backpacker,,, kami melewati cafe tepi sungai. Namun sayang saat itu tutup. Entah karena hari Jumat, entah karena buka malam. Tapi kalau malam memang bakal seru.. apalagi kalau ada kerlip lampu dan aneka bunga. Romantis!

Lanjut perjalanan.. setelah puas menikmati warna-warni bunga, jembatan akan mengarahkan kita ke mangrove. Selain mangrove, kanan kiri jalan ada papan tips, peta, dan kata-kata motivasi agar kita semangat jalan. Jalannya lumayan euy… untung kanan kiri ada berbagai pemandangan yang kece, jadi tidak terasa capeknya. *terasanya pas di hotel wkwkwkw…
Setelah ujung mangrove, kami menyusuri jembatan dengan pemandangan biawak di kiri jalan. Sepertinya hewan satu ini mudah ditemui di Melaka. Kata teman yang ada di Kalimantan, biawak adalah hewan yang sering lalu lalang di rumah. Jadi episode rumah kemasukan biawak atau banging tidur di sebelah tiba-tiba ada biawak menjadi hal biasa. Buat saya yang baru sekali itu melihat biawak, jadi horror sendiri. Nggak bisa bayangin kalau rumah saya dimasukin buaya kecil.. hiii… ngeri!
Sungguh asyik menghabiskan hari-hari  keliling kota Melaka. Satu saat nanti semoga bisa kembali lagi. Aamiin…





You May Also Like

0 komentar